Life Long Learning Program...





Life Long Learning Program

Banyak sekali program pembelajaran yang ditawarkan untuk peningkatan kecerdasan otak anak, baik berupa VCD, flashcard, permainan edukasi dan masih banyak yang lainnya. Barangkali kita semua sudah pernah mencoba dan mempraktekkannya dan hasilnya sangat bervariatif tergantung dengan pola penerapan kita pada anak-anak ataupun keluarga kita. Berikut barangkali beberapa paradigma yang bisa membantu kita untuk menentukan program mana yang akan kita pilih:

Otak
Otak manusia senantiasa mengalami perkembangan, menurut pakar pendidikan anak atau tokoh anak, Seto Mulyadi (akrab dipanggil kak Seto) menyatakan bahwa setiap otak anak yang baru dilahirkan memiliki banyak ruangan-ruangan kosong yang siap untuk diiisi, manakala pada usia emas/golden age kita mempersiapkannya dengan baik, mengisinya dengan dasar-dasar ilmu, skill dan ketrampilan menghadapi kehidupan (missal: sains, matematika, bahasa, life skill) maka pada usia dimana ia harus memahami yaitu usia-usia 7 atau 8 tahun keatas maka semua ilmu yang harus ia fahami sudah ada cantolan-cantolannya sendiri di otak anak. Seorang anak akan jauh lebih mudah memahami karena ilmu-ilmu yang ia pelajari sudah ada cantolannya masing-masing, sangat berbeda dengan anak yang pada usia emasnya tidak pernah di rangsang ia akan kesulitan untuk memahami ilmu-ilmu yang diberikan.

Buku Best seller dari PT. MIZAN DIAN SEMESTA, yaitu buku ENSIKLOPEDI BOCAH MUSLIM dan buku HALO BALITA, bisa menjadi alternatif untuk itu.

Berdasarkan penelitian juga setiap bayi yang baru lahir dibekali oleh yang maha kuasa dengan 100 miliar neuron dan setiap neuron terdiri dari 20.000 koneksi. subhanallah, berarti setiap kali kita memberikan rangsangan akan ada koneksi antar neuron, namun ketika kita tidak memberikan rangsangan maka akan ada sel-sel yang mati terpangkas.
Penentu Kesuksesan

Berdasarkan penelitian-penelitian yang ada tentang kesuksesan, Goeldman, menyatakan bahwa penentu kesuksesan seseorang adalah EQ (Emotional Quotient), artinya kematangan social dan emosi, sementara kecerdasan intelektual hanya menyumbang 1/5 dari kesuksesan, jadi kecerdasan emosi seorang anak yang terlatih sejak usia balita akan memberikan fasilitas kesuksesan pada kehidupan seorang anak kelak. Namun banyak orang tua yang tidak tahu bagaimana cara mengoptimalkan EQ (Emotional Quotient) ini, atau pura-pura tahu atau merasa sudah tahu dan menganggap bahwa pola pengasuhannya selama ini telah mempertimbangkan aspek EQ anak. Gotman dan De Claire menyatakan bahwa dasar pengasuhan dari dimensi pelatihan emosi adalah empati, empati orang tua ditunjukkan oleh kemampuannya menempatkan diri pada posisi anak, mengenal dan mengendalikan emosi negative menjadi emosi yang positif. Orang tua menjadikan pelatihan emosi sebagai kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih akrab dan hangat. Pelatihan emosi diawali dari pengenalan atau labelisasi berbagai emosi kepada anak, menetapkan batasan batasan yang dapat diterima oleh lingkungan dan membantu anak untuk mengelola dan mengendalikan emosinya.

Membaca

Anda mungkin punya simpanan kekayaan melimpah ruah,
Peti-peti perhiasan dan pundi-pundi emas
Namun kau tidak akan pernah bisa lebih kaya dari pada aku
Aku punya bunda yang selalu membacakanku buku..............
-Strickland Gililand-
Best- love poems of the American people

Christopher Williams Seorang anak Amerika yang sukses mengikuti ujian ACT, dari empat ratus ribu siswa yang ikut tes pada tahun 2002 bersama christopher williams, hanya 57 siswa yang berhasil meraih nilai sempurna, dan christopher williams adalah siswa yang ke 58. Ketika kabar tersebar tentang bagaimana seorang anak dari kota Russel ini meraih nilai sempurna. Keluarga ini diberondong oleh pertanyaan yang paling umum adalah “ bimbingan tes mana yang dia ikuti, Kaplan, princeton? (sebuah bimbingan termahal yang ada). Ternyata yang dilakukan oleh kedua orang tuanya adalah mengikutsertakan dia dalam program gratis sejak dia bayi, yaitu dengan membacakan buku kepada anak-anaknya 30 menit setiap malam bahkan setelah dia bisa membaca sendiri. Rumah mereka dipenuhi buku tetapi tidak ada televisi, majalah ataupun permainanelektronik.
Bunda, seperti halnya pondasi yang sangat penting untuk sebuah rumah, kata-kata adalah struktur utama dalam pembelajaran. Hanya ada dua cara efisien untuk memasukkan kata-kata ke dalam benak seseorang, melalui mata atau telinga. Karena anak masih membutuhkan beberapa tahun lagi untuk membiasakan matanya membaca, sumber terbaik untuk ide dan pembangunan otak adalah telinga. Suara-suara penuh arti yang ditangkap oleh telinga akan membantu anak memahami kata-kata yang dia dapatkan mata saat ia nanti belajar membaca. Kita membacakan buku kepada anak demi alasan yang sama saat kita bicara pada anak, memberikan kepastian, menghibur, menjalin ikatan, memberi informasi atau penjelasan, membangkitkan rasa ingin tahu, memberi inspirasi.
Tetapi ketika kita membaca dengan suara lantang (keras-keras) kita juga:

  1. Mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca dengan kebahagiaan,kesenangan
  2. Menciptakan informasi yang berfungsi sebagai dasar untuk membaca atau mempelajari ilmu yang lainnya
  3. Membangun kosa kata
  4. Memberikan sosok panutan yang suka membaca.

Berbagai kajian yang dilakukan oleh NAEP (Pusat kajian pembelajaran AS), dengan mengukur jumlah buku yang ada di rumah. Mereka menemukan hubungan positif antara banyaknya buku yang ada di rumah dengan membaca mandiri dan peningkatan kecerdasan, yang menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Berbagai studi internasional telah menghasilkan kesimpulan yang sama. Semakin besar perpustakaan yang kita miliki semakin tinggi angka membaca anak.

[disari dari Pelangi Mizan]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar